Sebuah kata yang
terlintas di pikiranku ketika melihat map di atas adalah jarak. Sebuah panjang
dan lebar yang begitu luas. Serta waktu tempuh yang begitu memakan waktu. Aku
sekarang berada di kota Malang. Dan aku ingin bercerita tentang seseorang yang
berada di kota Bandung. Namanya adalah DEARY WAHYU NUGROHO.
Sekitar enam tahun
lalu aku mengenalnya. Lelaki ini biasa dipanggil Deary atau Dewe atau Ndrew.
Entah siapa lagi nama samarannya, aku hanya tau tiga itu saja. Selain bermain
basket, ia sangat suka dengan angka 12. Segala dalam hidupnya selalu berkaitan
atau dikaitkan dengan angka 12.
Aku senang saat kami berkenalan,
ia memanggilku dengan nama Vita. Bukan Dede atau Devanosa. Setiap ia menyebut
namaku, aku merasakan seperti berada di kampung halamanku. Seperti diketahui,
kebanyakan orang sunda bila berbicara selalu menggunakan nama. Contoh, “Tha...
Tha udah makan?” atau “Tha, Dewe main basket dulu yah”. Sangat formal. Dan aku
sejujurnya tidak terbiasa dengan percakapan macam itu. Banmal Song.
Aku sebenarnya tidak
terlalu suka dengan segala yang berbau tentang Korea. Namun akhir-akhir ini, lagu
Korea tersebut begitu melekat di telingaku.Musik
yang cacthy dan santai itu mengusikku
untuk mengetahui arti dari lagu tersebut. Dari google aku menemukan bahwa lagu
itu bercerita dengan sepasang kekasih. Dimana si perempuan selalu berbicara
bahasa formal dengan si lelaki. Padahal, si lelaki ingin sekali berbicara
dengan santai dan nyaman pada si perempuan.
Deary selalu
berbicara padaku menggunakan nama. Sangat sopan memang namun aku tidak
terbiasa. Aku pun tak berani mengungkapkan padanya dengan ketidaknyamanan itu.
Hanya bisa diam dan belajar untuk menikmati. Namun, tak bisa kupastikan sejak
kapan ia membuat panggilan sendiri untukku, BEBEB. Begitulah ia menyebutku. Aku
balas dengan sebutan yang sama. Dan yang lebih mengejutkan lagi, setelah
bertahun-tahun mengenalnya, aku akhirnya bisa mendapatkannya berbicara padaku
menggunakan kata “aku” atau “kamu”. It's miracle.
Perubahan manis itu
membuat aku menjadi sangat penasaran. Aku nggak tahu, sejak kapan aku jadi
kepolicious tentangnya. Sampai-sampai aku mengetik namanya di kolom pencarian google.
Dan hasilnya, menakjubkan.
Untuk melihat video tersebut, silahkan klik disini |
Baiklah sudah cukup
rasanya berbasa basi dengan kalimat-kalimat bahasa teratur di atas. Rasanya terlalu
kaku dan awkward. Disini aku ingin
lebih santai. Ingin lebih ekspresif. Aku ingin menceritakan sebuah peristiwa
yang nggak akan aku lupain seumur hidup aku. Yang akan buat aku tersenyum
setiap mengingatnya. Cekidot.
*naik mimbar*
Jadi setiap aku ke Bandung kan aku mesti ketemu sama bebebku itu. Ya kalo secara hukum, sudah dalam kategori fardu ‘ain. Dikerjakan berpahala tidak dikerjakan masuk neraka. Naudzubillahi min dzalik.
Jadi bulan Mei lalu
aku berkesempatan ke kota Gedung Sate tersebut. Aku tinggal dirumah teman (juga
adik), Sapta Rea Anugrah di daerah Pasir Pogor. Setelah beberapa hari di
Bandung, aku baru kabarin bebebku buat ketemu. Kalau nggak salah inget itu,
hari selasa malam (13/5). Kita janjian ketemu di Circle K (CK) Buah Batu. Nah,
tanpa bebebku ketahui kondisi aku malam itu lagi gak fit banget. Aku pun
menunggu bebebku sambil ngopi-ngopi lucu gitu bersama Sapta dan beberapa teman.
Akhirnya bebebku pun tiba bersama teman-temannya pula. Dia datang naik elang
trus bingung mau parkir dimana. Hihihi~
Walau dalam kondisi agak
menggigil, mata aku tetap aja dong bisa melihat aura kegantengan yang terpancar
dari bebebku.Si Bebeb sekarang rambutnya pakai poni lempar kesamping kiri gitu.
Aduh, makin keliatan imut banget deh. Malam itu si bebeb pakai jaket, pakai
kaos warna merah, pakai celana pendek hitam dan kakinya nggak napak di tanah.
#loh
Melihat
keeksistensian si bebeb, dikepala aku langsung ada emoticon lope-lope di udara dong. Akhirnya si bebeb pun duduk di
sebelah aku. Sementara akunya? Akunya terkulai lemas sambil kepala direbahin di
atas meja. Bukan karena terpesona atas ketampananan si bebeb tapi karena emang
gue ngerasa badan gue makin sakit broh!!! Huft. Melihat aku seperti itu si
bebeb pun mengeluarkan pertanyaan, “Tha, kenapa? Sakit?”
Aku yang nggak berani
bilang, langsung gelendotan di lengannya si bebeb. Trus nyandarin kepala di
bahunya sambil misek-misek. Kalau orang-orang lihat posisi aku malam itu, kaya
cewek yang di putusin sama cowoknya tapi nggak mau trus nangis di pundak
cowoknya. #DUAR!!
Si Bebeb malam itu
kerasa hangat banget buat aku yang setiap menit berganti makin merasa
menggigil. Nah, saat itu aku pengen banget rasanya di peluk sama si bebeb. Tapi
ternyata bebeb tidak melakukannya. Si bebeb malah bilang sama aku “Ah, Ke
Bandung bebebnya malah sakit. CUPU!!! ” Uwoooooo, rasanya saat itu juga aku pengen
nyerang si bebeb pake jurus triple kill.
Tapi malam itu,
dengan kondisi makin meriang. Aku nggak bisa beraktivitas dan berbicara banyak.
Ya, itu tadi cuma gelendotan doang di bahunya si bebeb sambil nangis darah.
Ngelihat kondisi aku yang makin parah, si bebeb pun akhirnya melakukan adegan
ke-gentleman-nya. #AIHSYEDAP. Sambil
senyum-senyum simpul, si bebeb ngelepas jaketnya, kaosnya, celananya, trus
ngajak aku bobo bareng. #SETTTOOOOOPPPP #ASTAGHFIRULLAH #APASIHGUE
Jadi si bebeb Cuma ngelepas
jaketnya kok. Si bebeb pun masangin jaket itu ke badan aku trus di retsletingin
juga. Aduh, so sweet deh pokoknya
bebeb akoh malam itu. Mihihihi~ Habis itu si bebeb meninggalkan aku sebentar
buat masuk ke dalam CK. Eh keluar-keluar doi bawain aku obat, sari roti selai
kacang sama air mineral. MAAAAKKKK~ aku jadi makin ngerasa si bebeb dulu emang
pernah kelindes truk tebu. MANIS! Doi makin manis aja perhatiannya.
Setelah membeli
properti-properti itu, si bebeb pun bilang “Tha pulang aja. Sakit gitu.
Besok-besok aja lagi ketemuan”. Ya, aku pun nggak bisa bohong kalau malam itu
aku emang butuh kasur juga selimut berupa badannya si bebeb. Jadi ceritanya malam itu, aku ketemu
bebeb nggak nyampe setengah jam. Walaupun begitu, apa yang dilakukan bebeb
sudah cukup membuat badan dan hatiku tenang. As we know, kita memang tidak bisa mengobati secara langsung ketika
orang yang kita sayang sedang dalam keadaan sakit. Namun, perhatian hangat nan
tulus bisa menjadi obat mujarab untuk menyembuhkannya. Terima kasih, bebebku.
Keesokan harinya aku
pun sembuh. Si Bebeb pun mulai kembali bikin janji buat nemuin aku. Sayangnya
kondisi cuaca di Bandung saat itu emang bikin bete. Hujan plus banjir. Si bebeb
maksa pengen ketemu. Tapi aku nggak mau dong karena takut dia-nya malah sakit
trus nularin aku. HIH!! Sampai akhirnya, aku sama bebeb baru bisa ketemuan hari
jumat (17/5). Itu juga aku mesti pake adegan pundung-pundungan dulu. Mihihihi~
Hari jumat itu nggak
tahu kenapa si bebeb lagi kesambet setan apaan. Jam 9 pagi doi udah sms dan
bilang udah ada di depan rumah. ALAMAAAAAKKK~ Padahal aku loh saat itu baru
kebangun dari tidur gara-gara ringtone
sms dari dia. Akhirnya si bebeb aku suruh duduk di ruang tamu di temenin Sapta
beserta Mamake. Jadilah bebeb saat itu nungguin aku mandi, dandan sama sarapan
dulu. Yaa, kira-kira sejam lah. Hihihi~
Nah, pas sarapan si
bebeb kita tinggalin di ruang tamu sambil nonton tv. Sementara diriku, Sapta
dan Mamake berada di dapur buat buat isi perut. Tiba-tiba Mamake pun nyeletuk.
Mamake
: Neng, itu temennya nggak di beri makan? Ibu
nggak masak banyak buat sarapan. Biar dia nggak ke dapur, suapin aja Neng. Bawa
makanannya keruang tamu.
Aku : *keselek sendok* Nggak Bu. Nggak usah. Kalau
dia di ajak makan, ntar bisa abis 3 baskom.
Mamake : *Mamake ketawa seiprit* Udah lama neng, itu kenal sama temennya? Ganteng atuh Neng. Tinggi lagi. Baik juga sepertinya. Udah di seriusin aja.
Aku
& Sapta : *saling
berpandangan* *Sapta nyengir kuda* *Aku nyengir kambing*
Selesai sarapan aku
dan bebeb pun pamitan sama Mamake & Sapta. Si bebeb pamitannya khusyu
banget. Kaya minta ijin mau bawa anak perawan orang ke medan perang gitu.
#okeiniberlebihan
Anyway, karena si
bebeb belum mandi, trip pertama hari itu adalah kembali ke kontrakannya si
bebeb di Sari Jadi. Satu jam kemudian, pas udah sampai, saat itu aku baru sadar
kalau Sari Jadi ke Pasar Pogor itu jauhnya minta move on eh ampoooonnnnn. Jadi
tuh aku bangga plus haru gitu dong liat bebebku rela jauh-jauh buat jemput aku.
Kalau dilihat pake Google Map seperti di bawah ini.
Berhubung hari itu
hari jumat, aku pun nyuruh si bebeb buat mandi trus siap-siap sholat jumat biar
makin ganteng. Biar Mamake Sapta aku makin terpesona. Trus pas nungguin
bebeb sholat jumat, aku pun ketiduran di kamarnya. Bangun-bangun aku sudah
dalam kondisi tanpa sehelai benang pun. #APASIH #NGARANG #NGACO. Jadi pas aku kebangun, aku menemukan bebeb
rebahan-rebahan cakep di sebelah aku sambil matanya kriyep-kriyep.
Aku sadar bebeb pasti
kurang tidur. Walau ada perasaan nggak enak, setelah aku kasih garem sedikit,
aku pun membangunkan bebeb. Aku nggak akan membiarkan hari kebersamaan kami
hanya di isi tidur. AKU-MAU-JALAN-JALAN-POKOKNYA.
Jadi sekitar jam 2
siang waktu kota Bandung, aku pun mengajak bebeb ke stasiun dulu buat lihat
harga tiket balik ke Malang. Setelah kelar semua urusan di stasiun, bebeb pun
bertanya sama aku.
Bebeb : Jadi
bebebnya mau kemana?
Aku : Nggak
tahu. Kan kamu yang orang Bandung.
Bebeb :
*diam sebentar* Ke Ciwidey mau?
Aku :
Ciwidey? Tempat apaan tuh? Kemana ajalah, ngikut aku mah.
Bebeb :
Mau ke Garut?
Aku :
Ah. Bete ah. Dari kemarin-kemarin aku di PHP-in terus ke Garutnya.
Bebeb :
*ketawa ganteng* Mau ke Garut nggak? *tanya bebeb dengan tatapan mesum*
Aku :
Iya, mau. *ngejawab setengah pundung*
Bebeb :
Tapi kita balik ke kontrakan dulu yah ambil jas hujan.
Aku :
Iya beb. Emang kalau balik ke kontrakan lagi nggak jauh ya?
Bebeb :
Lumayan sih. Kalau langsung ke Garut aja gimana?
Aku :
Ya nggak papa sih beb. Daripada mesti bolak-bolak lagi.
Bebeb :
Ya udah, langsung ke Garut aja.
Aku :
Ok. *sambil baca bismillahi tawakkaltualallah*
Jadilah aku sama
bebeb menempuh perjalan Bandung-Garut dengan dandanan lebih mirip mau kencan di
Mall daripada orang yang pulang kampung. Si bebeb pake kaos di balut jaket
kulit, pake celana jeans yang setrikaannya kenceng banget sama sendal kece. Aku?
Aku lebih nggak banget. Atasan sama bawahan aku sih simpel. Tapi saat itu aku
pake wedges boooo. Sepuluh senti boooo. Bayangin 2 jam lebih kaki aku bakalan
nekuk gara-gara wedges. Yasudalaya~
Di tengah-tengah perjalanan
mendekati Kota Garut, gerimis turun membabi buta. Bebeb bertanya lagi padaku.
Bebeb : “Tha, mau berteduh apa nggak?”
Aku :
“Gerimis kecil doang. Siapa tahu di depan nggak hujan. Siapa tahu hujannya
antar RT doang. Lanjut aja sudah.”
Akhirnya aku sama
bebeb tetap menembus hujan itu dengan keadaan air membasahi pakaian kami. Pesisir
Kota Garut terlihat begitu asri di kala hujan. Gunung yang di balut “permadani”
hijau begitu sejuk dipandang mata. Pohon dan jalanan basah. Juga petrichor yang
khas. “Beb, bagus banget yah pemandangannya. Aku suka banget.” Kataku kepada
Deary. “Oh, gini aja, Tha. Besok kita pulang lewat Cijapati aja. Itu
pemandangannya lebih bagus. Cuma jalannya agak menanjak. Berdoa aja motor kita
kuat.”
Beb,
kamu tahu nggak sih kalau aku suka hujan? Tepatnya aku suka hujan-hujanan. Aku petrichor
addicted. Aku tidak pernah takut sakit. Dan aku senang, kamu mau hujan-hujanan
sama aku disepanjang jalan menuju kotamu.
Finally, aku pun sampai di rumah bebeb
dengan kondisi kita 70 persen basah kuyub. Aku disambut oleh dua orang bidadari
cantik. Yang pertama, Mamanya si bebeb. Yang kedua, malaikat kecil bernama Uwi.
Sore itu juga, bebeb pun ngajakin aku masak mie kocok telur dirumahnya. Sebagai
tamu yang baik, aku bantuin dong si bebeb masak. Bantuin doa sambil nonton tv!
MUAHAHAHAHA~
Malam
harinya, aku pun di ajakin bebeb menjelajah kota Garut. Menelusuri setiap
jengkal yang masih terlihat basah terhampar setelah hujan. Dingin dan
menenangkan. Bebeb mengajakku ke “bukit bintang”, begitulah ia menyebutnya. Visualisasi
bukit bintang di Garut pun ternyata tidak berbeda seperti yang aku bayangkan. Di
Malang juga terdapat istilah bukit bintang. Aku dan bebeb berada di titik
tertinggi kota Garut dan melihat hamparan luas pekat malam yang di hiasi oleh
warna warni cahaya lampu kota. Serasa melihat bintang memang, namun menunduk
bukan menengadahkan kepala. Sekitar
pukul 9 malam bebeb pun ngajak pulang. Alasannya pengen nonton X-Factor. BAH!! Ketika
aku tanya siapa yang dia dukung, si bebeb sambil senyam-senyum ngejawab, “Dewe
mah sukanya sama Novita Dewi Patlia Novitasari, Tha”. HAH? Kamu suka aku? #PINGSYAN-12-HARI.
Malam
itu sambil nonton tv, aku pun terlibat obrolan seru dengan Deary, Mama dan Uwi.
Uwi berumur kira-kira 4 atau 5 tahun. Dikarenakan Mamanya si Bebeb tidak
mempunyai anak perempuan, akhirnya si Uwi yang notabene adalah keponakan diangkatlah
menjadi anak oleh Sang Mama. Aku sangat suka dengan Uwi. Walau kecil-kecil
bandel nyebelin tapi dia sangat lucu dan mengejutkan. Aku terkejut ketika Uwi
berbisik kecil ditelinga aku “Nanti waktu Teh Vita sama A Deary jadi pengantin,
Uwi mau rambut Uwi dikuncirin dua yah.” WHAT? Aku? Nikah sama Deary? #AYUKDEH #AYUKATUH
#HAHAHAHAHA.
Si Centil, Uwi. |
Malam pun beranjak
larut. Mama dan Uwi beralih ke kamar masing-masing. Aku pun memutuskan untuk tidur
bersama Deary sendiri di kamar. Emang dasar penyakitku kalau nginap di
rumah orang, nggak berani tidur sendirian. Untungnya si bebeb memilih tidur di
sofa depan tv yang dekat dengan kamarku. Sebenarnya kasihan juga melihat bebeb
tidur di sofa, pengen gitu ngajak dia bobo di sebelah aku. Namun apalah daya,
muhrim tak sampai. #YASUDALAYA~
Gaya si Bebeb pas mau tidur. Sarungnya minta di pelorotin banget!! X))) |
Jam
7 pagi aku udah di bangunin sama bebeb. Bebeb nanya mau sarapan apa. Mau bubur
apa nasi kuning. Karena nyawa masih belum ngumpul utuh, aku cuma bisa jawab “Terserah
Bebeb aja”. Aku pun di tinggal sama Bebeb buat keluar nyari sarapan. Pagi itu
aku nggak mandi. Cuma sikat gigi sama cuci muka doang. Trus nongkrong plus
ngobrol cantik bareng Mamake Bebeb di depan tv. Hingga sebuah pertanyaan pun
keluar dari mulut Mamake.
“Tha, pacaran sama
Deary? Soalnya Mama tanya sama Deary, Deary-nya suruh tanya sama Tha. Deary tuh
jarang bawa perempuan ke rumah trus di kenalin ke Mama. Sejauh ini yang Mama
tahu cuma dua. Dan Tha ini orang yang ketiga. Biasanya cuma pacar aja yang
Deary bawa kesini.”
Akhirnya pertanyaan
yang paling aku hindarin itu pun keluarlah sudah. Aku bingung mesti menjawab
apa. Aku tak pintar bersilat lidah jika di hadapan orang tua.
“Tha bingung mesti
jawab apa. Enam tahun Tha kenal sama Deary. Enam tahun kita jalan bareng. Enam tahun
itu pula, Deary selalu ada buat Tha dan nggak pernah lupa ulang tahunnya Tha.
Tha ama Deary nggak tahu mesti menyebut hubungan ini apa. Intinya sampai kapan
pun Tha nggak mau kehilangan Deary. Dan Deary pun juga sama, nggak mau “putus”
sama Tha. Yang Tha tau, kita saling sayang.”
Aku cuma bisa
mengatakan itu kepada Mamake. Pernyataan yang aneh memang, namun itulah
kejujuran. Mamake senyam senyum dan malah nyeloteh hal yang sudah beliau
katakan hampir 5 kali selama aku berada di rumah itu. “Tha, nginap aja lagi di
Garut seminggu, nemenin Mama sama Uwi. Biarin aja si Deary-nya pulang ke
Bandung.” HAHAHAHA~ Jujur, jika saat itu aku nggak bawa BH sama kampes satu doang,
aku mau mau mau banget dong, nginap di Garut lagi. Aku masih mau berada dan
dekat bersama keluarga dari orang yang aku sayang. Tapi keadaan memang mengharuskan aku balik ke Bandung dengan
jawaban “Lain kali aja Ma nginapnya. Tha janji kalau nanti ke Bandung lagi,
bakalan nginap seminggu di Garut walaupun tanpa Deary.”
Ketika jarum jam
mendekati pukul 9 pagi aku pun dan Deary berpamitan untuk pulang ke Bandung.
Seperti janji Deary kemarin, kami pulang lewat jalur alternatif Cijapati (CMIIW).
Pemandangannya super duper keren memang. Udaranya lebih sejuk dan segar. Aku tak
henti-hentinya menjatuhkan mata pada keindahan itu seraya memeluk erat lelaki
tersayang di depanku. Hingga sampailah kami pada sebuah kejadian lucu. Motor
kami tidak kuat menanjak di jalanan yang terjal. Sambil tertawa-tawa, bebeb pun
menyuruh aku untuk turun dan berjalan kaki. Jadi turun dan berjalan lah aku ditanjakan
hampir 20 derajat itu menggunakan wedges. Sementara bebeb menunggu sekitar 10
meter dari tempat aku berjalan. Karena ngerasa lelet, aku pun ngelepas wedges
dan lari ngos-ngosan tanpa alas kaki. Si bebeb ketawa dari jauh ngeliatin. Setelah
mendekatinya, aku pun juga ikut tertawa. Setelah kejadian itu perjalanan kami
pun lancar hingga ke Bandung. Alhamdulillah.
Untuk
Tuan 12,
Maaf
yah kalau aku cerita tentang kita disini. Aku cuma ingin apa yang kita alami
ini bisa kita ingat terus sampai tua. Biar kita bisa mengerti kalau kita pernah
susah bareng, sedih bareng, ketawa bareng juga lucu-lucuan bareng. Dan aku
nggak yakin beb, aku bakalan bisa melakukan semua itu jika nggak sama kamu. If you know what i mean.
Terima
kasih sudah mengajak aku ke Garut. Bertemu dengan wanita yang melahirkanmu.
Juga dengan peri kecilmu. Aku bersyukur Allah menjaga kita selama ini. Allah
tidak pernah memisahkan kita sedikit pun. Aku tak pernah jauh dari kamu dan
kamu pun tak pernah kehilangan aku. Aku hanya ingin terus bisa menyandarkan
kepalaku di bahumu. Aku hanya ingin terus bisa memelukmu walaupun hanya dari
belakang. Aku tak berani berharap lebih karena kita terhalang batas yang belum
kita sepakati untuk menempuhnya. Namun, suatu hari aku punya keyakinan bahwa
kamu akan mendekapku hangat didadamu. Menjagaku dengan kedua tanganmu yang
melingkari tubuhku. Melindungiku dengan kasih sayang yang telah Allah halalkan
untuk kita. Aamiin.
Devanosa
No comments:
Post a Comment