Wednesday, June 12, 2013

Dear(y) - Tuan Dua Belas




Sebuah kata yang terlintas di pikiranku ketika melihat map di atas adalah jarak. Sebuah panjang dan lebar yang begitu luas. Serta waktu tempuh yang begitu memakan waktu. Aku sekarang berada di kota Malang. Dan aku ingin bercerita tentang seseorang yang berada di kota Bandung. Namanya adalah DEARY WAHYU NUGROHO.
Sekitar enam tahun lalu aku mengenalnya. Lelaki ini biasa dipanggil Deary atau Dewe atau Ndrew. Entah siapa lagi nama samarannya, aku hanya tau tiga itu saja. Selain bermain basket, ia sangat suka dengan angka 12. Segala dalam hidupnya selalu berkaitan atau dikaitkan dengan angka 12.
Aku senang saat kami berkenalan, ia memanggilku dengan nama Vita. Bukan Dede atau Devanosa. Setiap ia menyebut namaku, aku merasakan seperti berada di kampung halamanku. Seperti diketahui, kebanyakan orang sunda bila berbicara selalu menggunakan nama. Contoh, “Tha... Tha udah makan?” atau “Tha, Dewe main basket dulu yah”. Sangat formal. Dan aku sejujurnya tidak terbiasa dengan percakapan macam itu. Banmal Song.



Aku sebenarnya tidak terlalu suka dengan segala yang berbau tentang Korea. Namun akhir-akhir ini, lagu Korea tersebut begitu melekat di telingaku.Musik yang cacthy dan santai itu mengusikku untuk mengetahui arti dari lagu tersebut. Dari google aku menemukan bahwa lagu itu bercerita dengan sepasang kekasih. Dimana si perempuan selalu berbicara bahasa formal dengan si lelaki. Padahal, si lelaki ingin sekali berbicara dengan santai dan nyaman pada si perempuan.
Deary selalu berbicara padaku menggunakan nama. Sangat sopan memang namun aku tidak terbiasa. Aku pun tak berani mengungkapkan padanya dengan ketidaknyamanan itu. Hanya bisa diam dan belajar untuk menikmati. Namun, tak bisa kupastikan sejak kapan ia membuat panggilan sendiri untukku, BEBEB. Begitulah ia menyebutku. Aku balas dengan sebutan yang sama. Dan yang lebih mengejutkan lagi, setelah bertahun-tahun mengenalnya, aku akhirnya bisa mendapatkannya berbicara padaku menggunakan kata “aku” atau “kamu”. It's miracle.

Perubahan manis itu membuat aku menjadi sangat penasaran. Aku nggak tahu, sejak kapan aku jadi kepolicious tentangnya. Sampai-sampai aku mengetik namanya di kolom pencarian google. Dan hasilnya, menakjubkan.  
Untuk melihat video tersebut, silahkan klik disini
Baiklah sudah cukup rasanya berbasa basi dengan kalimat-kalimat bahasa teratur di atas. Rasanya terlalu kaku dan awkward. Disini aku ingin lebih santai. Ingin lebih ekspresif. Aku ingin menceritakan sebuah peristiwa yang nggak akan aku lupain seumur hidup aku. Yang akan buat aku tersenyum setiap mengingatnya. Cekidot.

*naik mimbar*

Jadi setiap aku ke Bandung kan aku mesti ketemu sama bebebku itu. Ya kalo secara hukum, sudah dalam kategori fardu ‘ain. Dikerjakan berpahala tidak dikerjakan masuk neraka. Naudzubillahi min dzalik.
Jadi bulan Mei lalu aku berkesempatan ke kota Gedung Sate tersebut. Aku tinggal dirumah teman (juga adik), Sapta Rea Anugrah di daerah Pasir Pogor. Setelah beberapa hari di Bandung, aku baru kabarin bebebku buat ketemu. Kalau nggak salah inget itu, hari selasa malam (13/5). Kita janjian ketemu di Circle K (CK) Buah Batu. Nah, tanpa bebebku ketahui kondisi aku malam itu lagi gak fit banget. Aku pun menunggu bebebku sambil ngopi-ngopi lucu gitu bersama Sapta dan beberapa teman. Akhirnya bebebku pun tiba bersama teman-temannya pula. Dia datang naik elang trus bingung mau parkir dimana. Hihihi~
Walau dalam kondisi agak menggigil, mata aku tetap aja dong bisa melihat aura kegantengan yang terpancar dari bebebku.Si Bebeb sekarang rambutnya pakai poni lempar kesamping kiri gitu. Aduh, makin keliatan imut banget deh. Malam itu si bebeb pakai jaket, pakai kaos warna merah, pakai celana pendek hitam dan kakinya nggak napak di tanah. #loh
Melihat keeksistensian si bebeb, dikepala aku langsung ada emoticon lope-lope di udara dong. Akhirnya si bebeb pun duduk di sebelah aku. Sementara akunya? Akunya terkulai lemas sambil kepala direbahin di atas meja. Bukan karena terpesona atas ketampananan si bebeb tapi karena emang gue ngerasa badan gue makin sakit broh!!! Huft. Melihat aku seperti itu si bebeb pun mengeluarkan pertanyaan, “Tha, kenapa? Sakit?”
Aku yang nggak berani bilang, langsung gelendotan di lengannya si bebeb. Trus nyandarin kepala di bahunya sambil misek-misek. Kalau orang-orang lihat posisi aku malam itu, kaya cewek yang di putusin sama cowoknya tapi nggak mau trus nangis di pundak cowoknya. #DUAR!!
Si Bebeb malam itu kerasa hangat banget buat aku yang setiap menit berganti makin merasa menggigil. Nah, saat itu aku pengen banget rasanya di peluk sama si bebeb. Tapi ternyata bebeb tidak melakukannya. Si bebeb malah bilang sama aku “Ah, Ke Bandung bebebnya malah sakit. CUPU!!! ” Uwoooooo, rasanya saat itu juga aku pengen nyerang si bebeb pake jurus triple kill.
Tapi malam itu, dengan kondisi makin meriang. Aku nggak bisa beraktivitas dan berbicara banyak. Ya, itu tadi cuma gelendotan doang di bahunya si bebeb sambil nangis darah. Ngelihat kondisi aku yang makin parah, si bebeb pun akhirnya melakukan adegan ke-gentleman-nya. #AIHSYEDAP. Sambil senyum-senyum simpul, si bebeb ngelepas jaketnya, kaosnya, celananya, trus ngajak aku bobo bareng. #SETTTOOOOOPPPP #ASTAGHFIRULLAH #APASIHGUE
Jadi si bebeb Cuma ngelepas jaketnya kok. Si bebeb pun masangin jaket itu ke badan aku trus di retsletingin juga. Aduh, so sweet deh pokoknya bebeb akoh malam itu. Mihihihi~ Habis itu si bebeb meninggalkan aku sebentar buat masuk ke dalam CK. Eh keluar-keluar doi bawain aku obat, sari roti selai kacang sama air mineral. MAAAAKKKK~ aku jadi makin ngerasa si bebeb dulu emang pernah kelindes truk tebu. MANIS! Doi makin manis aja perhatiannya.
Setelah membeli properti-properti itu, si bebeb pun bilang “Tha pulang aja. Sakit gitu. Besok-besok aja lagi ketemuan”. Ya, aku pun nggak bisa bohong kalau malam itu aku emang butuh kasur juga selimut berupa badannya si bebeb. Jadi ceritanya malam itu, aku ketemu bebeb nggak nyampe setengah jam. Walaupun begitu, apa yang dilakukan bebeb sudah cukup membuat badan dan hatiku tenang. As we know, kita memang tidak bisa mengobati secara langsung ketika orang yang kita sayang sedang dalam keadaan sakit. Namun, perhatian hangat nan tulus bisa menjadi obat mujarab untuk menyembuhkannya. Terima kasih, bebebku.
Keesokan harinya aku pun sembuh. Si Bebeb pun mulai kembali bikin janji buat nemuin aku. Sayangnya kondisi cuaca di Bandung saat itu emang bikin bete. Hujan plus banjir. Si bebeb maksa pengen ketemu. Tapi aku nggak mau dong karena takut dia-nya malah sakit trus nularin aku. HIH!! Sampai akhirnya, aku sama bebeb baru bisa ketemuan hari jumat (17/5). Itu juga aku mesti pake adegan pundung-pundungan dulu. Mihihihi~
Hari jumat itu nggak tahu kenapa si bebeb lagi kesambet setan apaan. Jam 9 pagi doi udah sms dan bilang udah ada di depan rumah. ALAMAAAAAKKK~ Padahal aku loh saat itu baru kebangun dari tidur gara-gara ringtone sms dari dia. Akhirnya si bebeb aku suruh duduk di ruang tamu di temenin Sapta beserta Mamake. Jadilah bebeb saat itu nungguin aku mandi, dandan sama sarapan dulu. Yaa, kira-kira sejam lah. Hihihi~
Nah, pas sarapan si bebeb kita tinggalin di ruang tamu sambil nonton tv. Sementara diriku, Sapta dan Mamake berada di dapur buat buat isi perut. Tiba-tiba Mamake pun nyeletuk.

Mamake  : Neng, itu temennya nggak di beri makan? Ibu nggak masak banyak buat sarapan. Biar dia nggak ke dapur, suapin aja Neng. Bawa makanannya keruang tamu.

Aku  : *keselek sendok* Nggak Bu. Nggak usah. Kalau dia di ajak makan, ntar bisa abis 3 baskom.

Mamake : *Mamake ketawa seiprit* Udah lama neng, itu kenal sama temennya? Ganteng atuh Neng. Tinggi lagi. Baik juga sepertinya. Udah di seriusin aja.

Aku & Sapta : *saling berpandangan* *Sapta nyengir kuda* *Aku nyengir kambing*

Selesai sarapan aku dan bebeb pun pamitan sama Mamake & Sapta. Si bebeb pamitannya khusyu banget. Kaya minta ijin mau bawa anak perawan orang ke medan perang gitu. #okeiniberlebihan
Anyway, karena si bebeb belum mandi, trip pertama hari itu adalah kembali ke kontrakannya si bebeb di Sari Jadi. Satu jam kemudian, pas udah sampai, saat itu aku baru sadar kalau Sari Jadi ke Pasar Pogor itu jauhnya minta move on eh ampoooonnnnn. Jadi tuh aku bangga plus haru gitu dong liat bebebku rela jauh-jauh buat jemput aku. Kalau dilihat pake Google Map seperti di bawah ini.



Berhubung hari itu hari jumat, aku pun nyuruh si bebeb buat mandi trus siap-siap sholat jumat biar makin ganteng. Biar Mamake Sapta aku makin terpesona. Trus pas nungguin bebeb sholat jumat, aku pun ketiduran di kamarnya. Bangun-bangun aku sudah dalam kondisi tanpa sehelai benang pun. #APASIH #NGARANG #NGACO.  Jadi pas aku kebangun, aku menemukan bebeb rebahan-rebahan cakep di sebelah aku sambil matanya kriyep-kriyep.
Aku sadar bebeb pasti kurang tidur. Walau ada perasaan nggak enak, setelah aku kasih garem sedikit, aku pun membangunkan bebeb. Aku nggak akan membiarkan hari kebersamaan kami hanya di isi tidur. AKU-MAU-JALAN-JALAN-POKOKNYA.

Jadi sekitar jam 2 siang waktu kota Bandung, aku pun mengajak bebeb ke stasiun dulu buat lihat harga tiket balik ke Malang. Setelah kelar semua urusan di stasiun, bebeb pun bertanya sama aku.
Bebeb  : Jadi bebebnya mau kemana?
Aku     : Nggak tahu. Kan kamu yang orang Bandung.
Bebeb : *diam sebentar* Ke Ciwidey mau?
Aku     : Ciwidey? Tempat apaan tuh? Kemana ajalah, ngikut aku mah.
Bebeb  : Mau ke Garut?
Aku     : Ah. Bete ah. Dari kemarin-kemarin aku di PHP-in terus ke Garutnya.
Bebeb : *ketawa ganteng* Mau ke Garut nggak? *tanya bebeb dengan tatapan mesum*
Aku     : Iya, mau. *ngejawab setengah pundung*
Bebeb  : Tapi kita balik ke kontrakan dulu yah ambil jas hujan.
Aku     : Iya beb. Emang kalau balik ke kontrakan lagi nggak jauh ya?
Bebeb  : Lumayan sih. Kalau langsung ke Garut aja gimana?
Aku     : Ya nggak papa sih beb. Daripada mesti bolak-bolak lagi.
Bebeb  : Ya udah, langsung ke Garut aja.
Aku     : Ok. *sambil baca bismillahi tawakkaltualallah*
Jadilah aku sama bebeb menempuh perjalan Bandung-Garut dengan dandanan lebih mirip mau kencan di Mall daripada orang yang pulang kampung. Si bebeb pake kaos di balut jaket kulit, pake celana jeans yang setrikaannya kenceng banget sama sendal kece. Aku? Aku lebih nggak banget. Atasan sama bawahan aku sih simpel. Tapi saat itu aku pake wedges boooo. Sepuluh senti boooo. Bayangin 2 jam lebih kaki aku bakalan nekuk gara-gara wedges. Yasudalaya~
Di tengah-tengah perjalanan mendekati Kota Garut, gerimis turun membabi buta. Bebeb bertanya lagi padaku.
Bebeb : “Tha, mau berteduh apa nggak?”
Aku     : “Gerimis kecil doang. Siapa tahu di depan nggak hujan. Siapa tahu hujannya antar RT doang. Lanjut aja sudah.”
Akhirnya aku sama bebeb tetap menembus hujan itu dengan keadaan air membasahi pakaian kami. Pesisir Kota Garut terlihat begitu asri di kala hujan. Gunung yang di balut “permadani” hijau begitu sejuk dipandang mata. Pohon dan jalanan basah. Juga petrichor yang khas. “Beb, bagus banget yah pemandangannya. Aku suka banget.” Kataku kepada Deary. “Oh, gini aja, Tha. Besok kita pulang lewat Cijapati aja. Itu pemandangannya lebih bagus. Cuma jalannya agak menanjak. Berdoa aja motor kita kuat.”
Beb, kamu tahu nggak sih kalau aku suka hujan? Tepatnya aku suka hujan-hujanan. Aku petrichor addicted. Aku tidak pernah takut sakit. Dan aku senang, kamu mau hujan-hujanan sama aku disepanjang jalan menuju kotamu.
Finally, aku pun sampai di rumah bebeb dengan kondisi kita 70 persen basah kuyub. Aku disambut oleh dua orang bidadari cantik. Yang pertama, Mamanya si bebeb. Yang kedua, malaikat kecil bernama Uwi. Sore itu juga, bebeb pun ngajakin aku masak mie kocok telur dirumahnya. Sebagai tamu yang baik, aku bantuin dong si bebeb masak. Bantuin doa sambil nonton tv! MUAHAHAHAHA~
            Malam harinya, aku pun di ajakin bebeb menjelajah kota Garut. Menelusuri setiap jengkal yang masih terlihat basah terhampar setelah hujan. Dingin dan menenangkan. Bebeb mengajakku ke “bukit bintang”, begitulah ia menyebutnya. Visualisasi bukit bintang di Garut pun ternyata tidak berbeda seperti yang aku bayangkan. Di Malang juga terdapat istilah bukit bintang. Aku dan bebeb berada di titik tertinggi kota Garut dan melihat hamparan luas pekat malam yang di hiasi oleh warna warni cahaya lampu kota. Serasa melihat bintang memang, namun menunduk bukan menengadahkan kepala. Sekitar pukul 9 malam bebeb pun ngajak pulang. Alasannya pengen nonton X-Factor. BAH!! Ketika aku tanya siapa yang dia dukung, si bebeb sambil senyam-senyum ngejawab, “Dewe mah sukanya sama Novita Dewi Patlia Novitasari, Tha”. HAH? Kamu suka aku? #PINGSYAN-12-HARI.
            Malam itu sambil nonton tv, aku pun terlibat obrolan seru dengan Deary, Mama dan Uwi. Uwi berumur kira-kira 4 atau 5 tahun. Dikarenakan Mamanya si Bebeb tidak mempunyai anak perempuan, akhirnya si Uwi yang notabene adalah keponakan diangkatlah menjadi anak oleh Sang Mama. Aku sangat suka dengan Uwi. Walau kecil-kecil bandel nyebelin tapi dia sangat lucu dan mengejutkan. Aku terkejut ketika Uwi berbisik kecil ditelinga aku “Nanti waktu Teh Vita sama A Deary jadi pengantin, Uwi mau rambut Uwi dikuncirin dua yah.” WHAT? Aku? Nikah sama Deary? #AYUKDEH #AYUKATUH #HAHAHAHAHA.
Si Centil, Uwi.

Malam pun beranjak larut. Mama dan Uwi beralih ke kamar masing-masing. Aku pun memutuskan untuk tidur bersama Deary sendiri di kamar. Emang dasar penyakitku kalau nginap di rumah orang, nggak berani tidur sendirian. Untungnya si bebeb memilih tidur di sofa depan tv yang dekat dengan kamarku. Sebenarnya kasihan juga melihat bebeb tidur di sofa, pengen gitu ngajak dia bobo di sebelah aku. Namun apalah daya, muhrim tak sampai. #YASUDALAYA~
Gaya si Bebeb pas mau tidur. Sarungnya minta di pelorotin banget!! X)))

            Jam 7 pagi aku udah di bangunin sama bebeb. Bebeb nanya mau sarapan apa. Mau bubur apa nasi kuning. Karena nyawa masih belum ngumpul utuh, aku cuma bisa jawab “Terserah Bebeb aja”. Aku pun di tinggal sama Bebeb buat keluar nyari sarapan. Pagi itu aku nggak mandi. Cuma sikat gigi sama cuci muka doang. Trus nongkrong plus ngobrol cantik bareng Mamake Bebeb di depan tv. Hingga sebuah pertanyaan pun keluar dari mulut Mamake.
“Tha, pacaran sama Deary? Soalnya Mama tanya sama Deary, Deary-nya suruh tanya sama Tha. Deary tuh jarang bawa perempuan ke rumah trus di kenalin ke Mama. Sejauh ini yang Mama tahu cuma dua. Dan Tha ini orang yang ketiga. Biasanya cuma pacar aja yang Deary bawa kesini.”
Akhirnya pertanyaan yang paling aku hindarin itu pun keluarlah sudah. Aku bingung mesti menjawab apa. Aku tak pintar bersilat lidah jika di hadapan orang tua.
“Tha bingung mesti jawab apa. Enam tahun Tha kenal sama Deary. Enam tahun kita jalan bareng. Enam tahun itu pula, Deary selalu ada buat Tha dan nggak pernah lupa ulang tahunnya Tha. Tha ama Deary nggak tahu mesti menyebut hubungan ini apa. Intinya sampai kapan pun Tha nggak mau kehilangan Deary. Dan Deary pun juga sama, nggak mau “putus” sama Tha. Yang Tha tau, kita saling sayang.”
Aku cuma bisa mengatakan itu kepada Mamake. Pernyataan yang aneh memang, namun itulah kejujuran. Mamake senyam senyum dan malah nyeloteh hal yang sudah beliau katakan hampir 5 kali selama aku berada di rumah itu. “Tha, nginap aja lagi di Garut seminggu, nemenin Mama sama Uwi. Biarin aja si Deary-nya pulang ke Bandung.” HAHAHAHA~ Jujur, jika saat itu aku nggak bawa BH sama kampes satu doang, aku mau mau mau banget dong, nginap di Garut lagi. Aku masih mau berada dan dekat bersama keluarga dari orang yang aku sayang. Tapi keadaan memang  mengharuskan aku balik ke Bandung dengan jawaban “Lain kali aja Ma nginapnya. Tha janji kalau nanti ke Bandung lagi, bakalan nginap seminggu di Garut walaupun tanpa Deary.”
Ketika jarum jam mendekati pukul 9 pagi aku pun dan Deary berpamitan untuk pulang ke Bandung. Seperti janji Deary kemarin, kami pulang lewat jalur alternatif Cijapati (CMIIW). Pemandangannya super duper keren memang. Udaranya lebih sejuk dan segar. Aku tak henti-hentinya menjatuhkan mata pada keindahan itu seraya memeluk erat lelaki tersayang di depanku. Hingga sampailah kami pada sebuah kejadian lucu. Motor kami tidak kuat menanjak di jalanan yang terjal. Sambil tertawa-tawa, bebeb pun menyuruh aku untuk turun dan berjalan kaki. Jadi turun dan berjalan lah aku ditanjakan hampir 20 derajat itu menggunakan wedges. Sementara bebeb menunggu sekitar 10 meter dari tempat aku berjalan. Karena ngerasa lelet, aku pun ngelepas wedges dan lari ngos-ngosan tanpa alas kaki. Si bebeb ketawa dari jauh ngeliatin. Setelah mendekatinya, aku pun juga ikut tertawa. Setelah kejadian itu perjalanan kami pun lancar hingga ke Bandung. Alhamdulillah.
Untuk Tuan 12,
Maaf yah kalau aku cerita tentang kita disini. Aku cuma ingin apa yang kita alami ini bisa kita ingat terus sampai tua. Biar kita bisa mengerti kalau kita pernah susah bareng, sedih bareng, ketawa bareng juga lucu-lucuan bareng. Dan aku nggak yakin beb, aku bakalan bisa melakukan semua itu jika nggak sama kamu. If you know what i mean.
Terima kasih sudah mengajak aku ke Garut. Bertemu dengan wanita yang melahirkanmu. Juga dengan peri kecilmu. Aku bersyukur Allah menjaga kita selama ini. Allah tidak pernah memisahkan kita sedikit pun. Aku tak pernah jauh dari kamu dan kamu pun tak pernah kehilangan aku. Aku hanya ingin terus bisa menyandarkan kepalaku di bahumu. Aku hanya ingin terus bisa memelukmu walaupun hanya dari belakang. Aku tak berani berharap lebih karena kita terhalang batas yang belum kita sepakati untuk menempuhnya. Namun, suatu hari aku punya keyakinan bahwa kamu akan mendekapku hangat didadamu. Menjagaku dengan kedua tanganmu yang melingkari tubuhku. Melindungiku dengan kasih sayang yang telah Allah halalkan untuk kita. Aamiin.

With Love, 
Devanosa
 
P.S Terima kasih untuk AriesWijaya, teman sebangku waktu SMA. Terima kasih kamu sudah memilih kuliah di Bandung. Terima kasih lagi sudah memperkenalkanku pada sahabatmu itu.

No comments:

Post a Comment