Sunday, January 13, 2013

Angkuh Hati VS Keras Kepala


Banyak hal yang aku suka dari kamu.
Yang kamu tak tahu kalau aku tidak hanya melihat dengan mata.
Butuh indra lain untuk memperhatikan, mempelajari juga memahaminya.
Kamu itu sangat pendiam. Begitu cerewet.
Kamu itu jago ngelawak. Begitu pemarah.
Kamu itu sangat berantakan tapi kalau diminta bersih-bersih enggak pernah menolak.
Kamu itu enggak bisa liat gadget baru pasti ngulik dan utak atik.
Kamu itu sering sakit.Terus kalau sakit suka minta dikompres.
You are my little boy. Childish sekali.


Aku selalu bingung bagaimana menyatakan rasa cintaku padanya.
Memberitahunya bahwa aku sayang dan perhatian padanya.
Aku hanya bisa mengelap tangannya yang kotor menggunakan tissue basah setiap dia habis berkendara.
Aku hanya bisa membersihkan sendok dan garpu untuknya menggunakan tissue ketika kami makan bersama.
Aku hanya bisa membelikan vitamin C dan mengingatkan untuk mengkonsumsinya setiap hari.
Aku takut dia lelah kemudian sakit ketika aku tak ada disampingnya.
Dia yang selalu merengek minta di kompres , juga di peluk, juga di kecup keningnya yang panas.
Entah apa efeknya. Melihatnya tertidur pulas saja sudah cukup meredakan kekhawatiranku.


Dia sungguh-sungguh manja.
Dan bodohnya aku selalu saja mau memanjakannya.

Kalau makan suka minta disuapin.
Tak peduli didepan khalayak ramai.

Kalau lihat aku pakai masker wajah.
Dia selalu aja merengek minta dimaskerin juga.

Disuruh sholat susahnya minta ampun.
Mesti dicium-cium dulu baru mau sholat.

Diajak mokel bakso sama es doger pas puasa enggak pernah nolak . Alright, kami adalah partner in crime paling jago ngibul.
Ngibul bukan bohong.
 

Aku tidak akan pernah lupa ketika dia mengatakan
meet me in the morning when you wake up

Aku  tidak akan pernah lupa ketika dia protes
“Ayang, pakai bajunya jangan yang terlalu terbuka!!”

Aku tidak akan pernah lupa waktu dia sedikit sungkan mengatakan ”Ayang, aku gak hafal ayat kursi. Ajarin dong”

Aku tidak akan pernah lupa saat dia menciutkanku dengan perkataan “Ayang, kok goreng telur ceplok, kuningnya gak mateng banget. Aku kan gak suka!”

Aku tidak akan pernah lupa ketika dia menggenggam  tanganku seraya berkata 
“kapan yah di jari manismu ada cincin dari aku?”

Aku pun tak akan pernah lupa caranya menyakitiku dengan perkataan “Semua tes yang aku beri untuk tahu kamu layak apa enggak jadi istri aku tuh sama sekali enggak ada yang sesuai sama harapanku. Kamu sama sekali enggak ada yang berhasil.”

Aku tidak akan pernah lupa di bawah sinar bulan purnama, di parkiran Cilandak Town Square, hari itu dia berucap
“5 tahun lagi. Aku harap kamu masih dan lebih kuat lagi buat menunggu aku untuk mewujudkan cita-cita kita. 5 tahun lagi. Aku yakin kamu pasti bisa”

Dia selalu membuatku up kemudian down. Up and down.  Begitulah seterusnya.

Suaranya bergema ada dipikiranku.
Namun aku selalu merindukan nyanyiannya
Selalu  menantikan momen dimana dia memetik dawai.
Aku mulai mengalun menyesuaikan irama.
Dalam sebuah lagu. Aku suara satu. Dia suara dua.
Dan gitar adalah koneksi kami.

Tapi tak seterusnya semua yang manis itu menjadi legit.
Tak selamanya kenangan yang tercipta menyelamatkan sebuah cinta.
Jikalau itu memang cinta. Bisa saja nafsu belaka.
Keangkuhan hatinya.  Keras kepala dalam diriku.
Memisahkan kami menjadi dua.

Dia yang angkuh hati
Selalu saja merasa mampu mendapatkan apa yang dia mau.
Tanpa dia pahami bahwa itu bukanlah yang dia butuh.

Aku yang keras kepala.
Berpikir bahwa selama bersamanya dirinya
Aku pasti mendapatkan kesenangan utuh.
Tanpa ku sadari ada yang lebih baik dan membahagiakan selain dia.

Bagaimanapun angkuh hati dan keras kepala pernah mencoba bersatu.
Walau mereka tahu cepat atau lambat pasti akan sendiri-sendiri.
Tak ada yang kita miliki di dunia ini.
Segalanya pasti pergi dan tak abadi.



No comments:

Post a Comment