Cinta
yang paling tulus di dunia ini adalah cinta orang tua kepada anaknya. Mungkin,
hmm… bukan “mungkin” mungkin, tapi pasti. Pasti itulah yang dirasakan orang tua
kita. Jangan kalian berpikir ketika orang tua tidak mampu mengabulkan keinginan
sang anak mereka hanya akan acuh begitu saja. Tidak! Mereka menangis. Mereka
menangis didalam hati. Ayah akan bekerja keras mencari segala cara agar hasrat
anaknya terwujud. Ibu akan lebih sering bangun di sepertiga malam untuk berdoa
dan memohon pada Tuhan. Mereka hanya ingin kita bahagia. Mereka hanya ingin
kita tersenyum. Mereka tidak mau melihat kita iri pada orang lain. Bahkan
mereka pasti sanggup mengorbankan nyawa agar apa yang anaknya mau bisa terwujud. Pernahkah kalian memperhatikan kedua orang tua dari
apa yang tidak tampak pada diri mereka? Hal – hal kecil yang bisa kalian liat setiap hari tapi tak kalian cermati.
Ayah.
Aku melihat ke arah kepalanya.
Aku pandangi dengan seksama rambutnya yang makin hari makin menipis juga memutih. Bahkan tanda
kebotakan itu sudah mulai terlihat. Mungkin kalian berpikir, hal itu terjadi karena kurang perawatan atau tanda
penuaan. Ya dua-duanya bisa jadi memang benar, tapi apakah pernah terbersit
dalam hati kalian bahwa penyebab kebotakan dan uban Ayah adalah karena terlalu banyak berpikir?
Berpikir sembari mengintrospeksi diri apakah dia
sudah membesarkan anak-anaknya dengan benar? Hati
Ayah bergejolak memikirkan apakah anak laki-lakinya sudah layak menjadi
pemimpin rumah tangga? Dalam letih Ayah bertanya apakah anak perempuannya sudah
dia lepaskan pada pasangan yang tepat? Apakah anak laki-lakinya tidak akan
menyakiti perempuan? Apakah anak perempuannya mampu melindungi diri dari
bejatnya kaum lelaki?
Ibu.
Makhluk cantik ini bisa menjadi penghantar surga setiap manusia. Bahkan hanya
lewat telapak kakinya, kita
mampu mendapatkan surga. Namun,
pernahkah kalian melihat kearah telapak kakinya? Mungkin hanya sebagian kecil
dari ibu di dunia ini yang mempunyai telapak kaki yang mulus dan bersih. Selebihnya
telapak kaki itu kapalan dan retak. Bahkan semakin hari semakin terlihat
retakan pada tumitnya
menghitam. Apakah itu Ibu kalian? Jangan
berkecil hati melihat kondisi Ibu kita yang seperti itu. Justru kotornya kaki
ibu kita menandakan betapa dia hampir tidak memperdulikan dirinya sendiri hanya
untuk menyayangi kita anaknya? Dalam tangisnya mengalir doa dan harapan. Apakah
ia sudah melahirkan putra yang tampan dan percaya diri? Apakah putri yang ia
kandung selama 9 bulan akan memiliki
cantik fisik dan hati? Akankah anak laki-lakinya mampu
bertanggung jawab? Akankah anak perempuannya mampu menjadi istri yang baik?
Soon or later, kita juga akan menjadi orang tua. Tetapi
sebelum itu kita mesti menikah. Menikah dengan pasangan hidup yang datang dari
kuasa Tuhan. Mungkin hari pernikahan itu akan jadi hari terberat di masa hidup
yang dialami oleh orang tua kita. Melepas buah cinta yang telah mereka
besarkan dengan darah dan keringat untuk menjadi seperti mereka, ya menjadi
orang tua yang juga akan membesarkan buah cintanya dengan darah dan keringat
pula.
Seharusnya apabila kita menyadari kalau suatu hari kita
juga akan menjadi orang tua, kita mesti berbenah diri sejak sekarang. Sebagai
laki-laki dan (calon) ayah, seyogyanya laki-laki mampu bersikap bijaksana,
bertanggung jawab dan berjiwa pelindung. Bukan malah punya pribadi yang
tempramen, acuh serta kasar terhadap perempuan. Sebagai lelaki, bagaimana
perasaanmu apabila bidadari tanpa sayap itu tersakiti fisik dan hatinya oleh
kaum lelaki? Tidakkah itu sama artinya engkau dan kaum mu menyakiti Ibu,
saudara atau (calon) anak perempuanmu?
Tidak ada pengecualian untuk perempuan. Makhluk lemah
lembut dan anggun ini juga bisa berubah bagaikan monster. Berbanggalah anda
telah menerima kodrat sebagai perempuan karena hanya pada perempuan yang
mempunyai kecantikan hati lah, para bidadari surga menaruh rasa cemburu. Apa
jadinya perempuan yang selalu diidentikan dengan sosok setia, keibuan dan
penyabar ini mampu membuat naluri para lelaki menjadi dendam dan amarah? Tidakkah
itu sama artinya engkau dan kaummu menyakiti Ayah, saudara atau (calon)
putramu?
Dibalik
semua harapan kedua orang tua mungkin hanya satu yang patut kita sadari bahwa
mereka jatuh cinta pada kita anaknya. Jatuh cinta yang begitu tulus dan ikhlas
tanpa harapkan balas. Seburuk apapun kondisi kita mereka adalah pasangan utama
yang akan memaklumi dan menerima kita apa adanya. Orang tua adalah kekasih
terbaik yang pernah kita miliki. Ayah adalah satu - satunya pria yang tidak
akan pernah menyakiti anak perempuannya baik kata maupun perbuatan. Sedangkan
Ibu, Ibu adalah pelukan dan kecupan terhangat untuk anak lelakinya.
Jadi
bersyukurlah bagi kalian yang masih mempunyai orang tua yang utuh dan masih
hidup. Mungkin terkadang kita pernah emosi dan meradang mendengar orang tua
kita marah. Mungkin kita pernah berontak karena perbedaan pola pikir dengan
mereka. Tapi yakinlah, semua yang mereka ungkapkan kepadamu adalah semata-mata
ingin kamu lebih baik dari mereka.
Mohon
maaflah pada mereka sebelum
terlambat. Bersimpuhlah
di hadapan mereka seolah – olah besok kalian sudah tidak akan berjumpa. Suatu hari, kalian akan rindu pada marah
mereka. Kalian akan mengenang canda tawa bersama mereka. Karena apabila bendera
duka telah berkibar, yang kalian rasakan hanyalah rindu yang tak kan habis.
Rindu ingin bertemu. Rindu yang tak mampu
lagi tersampaikan. Saat itu yang bisa kalian lakukan hanyalah menyesal dan menangis. Seandainya Tuhan mengatakan padaku
bahwa Dia akan mengabulkan doa yang ku panjatkan pada-Nya, maka satu – satunya
doa yang aku ingin Tuhan kabulkan hanyalah agar Tuhan selalu mengabulkan doa yang
dipanjatkan oleh kedua orang tuaku.
Fin.
P.S
Tulisan ini saya dedikasikan untuk orang tua saya, Api Subandi H. Busra dan
Mamah Tina Malinda, serta seluruh orang tua mulia di seluruh penjuru jagat raya
ini. Kalian adalah alasan kenapa aku selalu kangen sama rumah. Kalian adalah
alasan kenapa aku selalu menangis setiap lewat pemakaman. Bila suatu hari nanti
saya telah berpulang ke Rahmatullah, mungkin para pembaca tulisan ini bisa
memberi tahu dalamnya rasa cinta ini pada orang tua saya. Dan tulisan di blog
ini akan jadi saksi bisu cinta saya pada orang tua yang tak pernah lekang oleh
waktu itu. *ngepel air mata*
No comments:
Post a Comment